Rabu, 03 Agustus 2016

asuhan peralinan kala 1

ASUHAN PERSALINAN KALA I Materi ini menjelaskan tentang proses dan asuhan yang diberikan selama kala satu persalinan. Disini juga dijelaskan tentang cara memberikan asuhan sayang ibu,melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan menggunakan partograf untuk memantau kemajuan kala satu persalinan. Selain partograf, diuraikan pula berbagai upaya untuk deteksi dini masalah dan penyulit dalam kala satu persalinan dan bagaimana melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bila hal tersebut diperlukan. klinik, memberi tindakan yang tepat dan merujuk ibu (bila perlu) secara tepat waktu dan optimal pada kala satu persalinan. A. Batasan Persalinan adalahproses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum in partu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan gejala in partu termasuk:  Penipisan dan pembukaan serviks  Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)  Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina B. Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.  Fase laten pada kala satu persalinan: • Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. • Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. • Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam  Fase aktif pada kala satu persalinan: • Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) • Dari pembukaan 4 cm hinggamencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). • Terjadi penurunan bagian terbawah janin C. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin Tanyakan pada ibu: o Nama, umur dan alamat o Gravida dan para o Hari pertama haid terakhir o Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu) o Riwayat alergi obat-obatan tertentu o Riwayat kehamilan yang sekarang: - Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan antenatalnya ( jika mungkin). - Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya; perdarahan, hipertensi, - Kapan mulai kontraksi? - Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi? - Apakah ibu maasih merasakan gerakan bayi? - Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu untuk melihat aiR ketuban di pakaiannya.) - Apakah keluara cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak atau darah segar per vaginam? (Periksa perineum ibu untuk melihat darah segar atau lendir bercampur darah di pakaiannya.) - Kapan ibu terakhir kali makan atau minum? - Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih? • Riwayat kehamilan sebelumnya: - Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah sesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, preeklampsia/eklampsia, perdarahan pascapersalinan)? - Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan? - Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya? • Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemihl) • Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas). • Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya. Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik.  Pemeriksaan Fisik Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik: • Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik. • Tunujukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar merasa nyaman. . Minta ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang/gelisah. • Minta ibu untuk berkemih(jika perlu, periksa jumlah urin danadanya protein dan aseton dalam urin). • Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh. • Nilai tanda-tanda vital ibu • Lakukan pemeriksaan abdomen • Lakukan periksa dalam Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan abdomen digunakan untuk: 1. Menentukan tinggi fundus uteri 2. Memantau kontraksi uterus 3. Memantau denyut jantung janin 4. Menentukan presentasi 5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman dengan meminta ibu untuk menarik nafas dalam berulang-kali. Jangan biarkan ibu dalam posisi telentang dalam waktu lebih dari sepuluh menit. 1. Menentukan tinggi fundus pengukuran dilakukan saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis dinding abdomen 2. Memantau kontraksi uterus Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. 3. Memantau denyut jantung janin Gunakan leanec atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) Satu menit penuh, gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat. D . Menentukan presentasi • Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk: 1. pasang sampiran atau pakaikan sarung atrau selimut kepada ibu. 2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan 3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan. 4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses (tinja). 5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum. 6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam atau mekonium: a. Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ • Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama • menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janinlakukan rujukan segera. • Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera • Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi 7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakukan tindakan amniotomi (merobeknya). 8. Nilai vagina. Luka parut di vagina mengindisikasikan adanya riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya. i. 9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks. 10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki ) tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawatdarurat dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai. 11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul. 12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubunubun besar atau fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir 13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan ke dua jari pemeriksaan (hati-hati), celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10 menit. 14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering. 15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman. 16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.  Mencatat dan Mengkaji Hasil Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap: 1. Catatkan semua hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap. 2. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, 3. Tentukan ada-tidaknya penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus 4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin. 5. Jelaskan temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan. D. Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi dan segera lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Rencana untuk Asuhan atau Perawatan Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Perdarahan per vaginam selain lendir bercampur darah (‘show’) Jangan melakukan pemeriksaan dalam. 1. Baringkan ibu ke sisi kiri. 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS). 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Dengarkan DJJ. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan bedah sesar. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir De Lee, handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan di perjalanan. Ketuban pecah dan air ketuban berampur dengan sedikit mekonium disertai tandatanda gawat janin 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah). Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat. Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi: • temperatur > 38 0 C • menggigil • nyeri abdomen • cairan ketuban berbau 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksaan gawatdarurat obstetri. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan serta semangat. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin (pre-eklampsia berat) 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer laktat atau garam fisiologi (NS). 3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit. 4. Suntikan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM pada bokong kiri dan kanan). 5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 6. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin) 1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur. 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll.) 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Presentasi ganda (majemuk) (adanya bagian lain dari janin, misalnya: lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Tali pusat menumbung (Jika tali pusat masih berdenyut) 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu). 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat ATAU 1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud dimana posisi bokong berada jauh diatas kepala ibu dan pertahankan posisi ini hingga tiba di tempat rujukan. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Tanda dan gejala syok: • Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 x/menit) • Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg) • Pucat • Berkeringat atau kulit lembab, dingin • Nafas cepat (lebih dari 30 x per menit) • Cemas, bingung atau tidak sadar. • Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam) 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung. 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS). Infuskan 1 lt dalam waktu 15-20 menit; dilanjutkan dengan 2 lt dalam satu jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam. 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat Tanda dan gejala fase laten berkepanjangan: • pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam • kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Tanda dan gejala belum in partu: • Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 20 detik • tidak adaperubahan pada serviks dalam waktu 1 hingga 2 jam 1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan. 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas. 3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk: • Menjaga cukup makan dan minum. • Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi. Tanda dan gejala partus lama: • pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf • pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam • frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Rujuk ibu : Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut: 1. Riwayat bedah sesar 2. Perdarahan per vaginam 3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) 4. Ketuban pecah idsertai dengan mekonium yang kental 5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam) 6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) 7. Ikterus 8. Anemia berat 9. Tanda/gejala infeksi 10. Pre-eklampsia / Hipertensi dalam kehamilan 11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih 12. Gawat janin 13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5 14. Presentasi bukan belakang kepala 15. Presentasi ganda (majemuk) 16. Kehamilan ganda atau gemeli 17. Tali pusat menumbung 18. Syok F. Persiapan Asuhan Persalinan 2.5.1. Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu atau rumah kerabat), di tempat bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti berikut ini: • Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin. • Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan. • Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir. • Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan (lihat Bab1). • Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%, dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi ibu dari risiko infeksi), dan setelah bayi lahir (untuk melindungi keluarga dari risiko infeksi melalui darah dan sekresi tubuh ibu). • Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya. • Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam hari. • Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastik atau lembaran yang mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi. • Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir. • Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan. • Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir 2.5.2 Persiapan Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan yang Diperlukan Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi diuraikan dalam Lampiran 6. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak-mampuan untuk menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obatobat esensial pada saat diperlukan akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka. Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi: • Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak. • Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin dan melahirkan bayinya. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang. • Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set, peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir sudah dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril (lihat proses peralatan di Bab1). 2.5.3. Persiapan Rujukan. Kaji ulang rencana rujukan (lihat Bab1) bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan/perawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan. Bantu mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan 2.5.4. Memberikan Asuhan Sayang Ibu Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu yang dijelaskan di Bab 1 adalah: • Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi. • Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya. • Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya. • Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan. • Siap dengan rencana rujukan. Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk: • Memberikan dukungan emosional • Membantu pengaturan posisi ibu • Memberikan cairan dan nutrisi • Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur • Pencegahan infeksi Dukungan Emosional Bekerja bersama anggota keluarga untuk: • Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu. • Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi. • Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya. • Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin. • Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman. Mengatur Posisi Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit. Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000). Pemberian Cairan dan Nutrisi Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan. Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif. Kamar Mandi Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah urin. WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan ruang bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas antar ruang, potensi cemaran mikroorganisme, percikan air atau lantai yang basah akan meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong sendiri. Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk: • Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan • Menyebabkan ibu tidak nyaman • Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri • Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu • Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan bayi pada rektum. Bila memang bukan gejala kala dua persalinan maka izinkan atau perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi. Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pascapersalinan dan malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin, et al, 2000).

3 komentar: