ASUHAN
PERSALINAN NORMAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA: EVI PAPALANGI
NIM:B14.008
PRODI D3 KEBIDANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEJATAN
LAKIPADADA
TANA TORAJA 2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah praktek klinik IV tentang “ASUHAN PERSALINAN
NORMAL”.
Adapun makalah ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul “ASUHAN
PERSALINAN NORMAL” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan
kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan
persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab
utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui
upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan
anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman
serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan
bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama
dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan
komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan
jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat
ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak
sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak
dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian
ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
Asuhan
persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama
persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk
mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat
makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan dapat membantu para ibu dalam
mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan
penulisan
1. Agar
mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.
2. Agar
mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan
prosedur.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia luar dari
rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses
membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong keluar melalui
jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran
janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih atau kalau
bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses
kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak memanjang, PBK,
disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam,
tanpa tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja
S,Persalinan Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah
persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan
dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan
Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal
adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan
lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi
dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi
merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi
yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat
pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan
penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN
Revisi tahun 2010).
B. Bentuk
– Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi
adalah sebagai berikut:
Ø Partus
biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung < 24 jam.
Ø Persalina
buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan
bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps
/ cunam, ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).
Ø Persalinan
anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah
pemecahan ketuban.
Ø Persalinan
lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum
diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku
berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi kehamilan, yaitu :
v Estrogen
·
Meningkatnya sensitipitas otot rahim
·
Memudahkan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
v Progesteron
·
Menurunnya sensitifitas otot rahim
·
Memudahkan rangsangan dari luar
seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
·
Menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan:
v Teori keregangan
·
otot rahim mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu.
·
Setelah melewati batas tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
·
Contohnya pada hamil ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.
v Teori penurunan progesteron
·
proses penurunan plasenta terjadi mulai
umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan.
·
Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
·
Akibatnya otot rahim mulai kontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
v Teori oksitosin internal
·
Perubahan keseimbangan produksi
estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot rahim sehingga
terjadi kontraksi Broxton hicks.
·
Menurunya konsentrasi progesteron
akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dapat dimulai.
v Teori prostaglandin
·
Konsentrasi prostaglandin meningkat
sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.
·
Pemberian prostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
·
Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
v Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
·
Teori ini menunjukkan pada kehamilan
dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak
terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
·
Pemberian kortikosteroid yang dapat
menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya persalinan. (Manuaba, 2005).
D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
(1) Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his
makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan,
sifatnya teratur, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin
beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his
persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa
pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas,
terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah pecah.
(3) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa
kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
(4) Perubahan Serviks
Pada
pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks,
pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).
E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu
yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut
(Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan
(Kepala masuk PAP)
Kepala masuk
melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata,
ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis
melintang, dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat
sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat
studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu
posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun
besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi
maksimal.
3. Putar paksi
dalam
Kepala yang
turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his
yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di
bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala
berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi,
muka dan akhirnya dagu.
5. Putar paksi
luar
Gerakan kembali
sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi
luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan
dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir
bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru
kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila
ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000
), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi
dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa
tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai
perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi
pembukaan serviks.
G. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
ü Power (
Kekuatan )
Power
adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi
diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi
adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya
kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan
tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling
kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama
makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak
dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim
mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan
yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim,
otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak
dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga
sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala II
dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut
dan diafragma. Meneran
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot
dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga
meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena
hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
ü Passanger
(Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai
ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak
passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus
ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
ü Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin
terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas
panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium
tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut
arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang
pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm,
ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm,
diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah
panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat
menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul
sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam
panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam
jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus
lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka
otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan
oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang
cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak
terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema
serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara
kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor
pada vagina.
ü Psyche
(Psikologis)
Faktor
psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan,
his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut
Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan
dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
ü Penolong
Memilih
Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau
tenaga kesehatan yang terlatih.
ü Posisi Saat
Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi
fowler.
H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan
IV
I. Persalinan Kala I
Persalinan
kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam
(rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam).
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Ø Fase laten berlangsung
selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter
3 cm.
Ø Fase aktif
dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan
menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10
cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada
multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm
tiap 2 jam.
II. Persalinan Kala II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Ø 1
– 2 jam pada primigravida
Ø ½
- 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:
v Ibu ingin meneran bersamaan dengan
kontraksi
v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada
rektrum/vaginal
v Perineum terlihat menonjol
v Vulva vagina dan sfinger ani membuka
v Peningkatan pengeluaran lendir &
darah
Kepemimpinan,
ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan
60 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan
tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
1) Mendengar
dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
2) Memastikan
kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan
spoid disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3)
Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4)
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,
kemudian mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan
handuk bersih.
5)
Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6)
Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian
isap oksitosin dengan teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak
partus.
7)
Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
8)
Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9)
Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa
denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi
tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan
duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka
tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat
kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah
perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan
belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20) Memeriksa
kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu
hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke
arah atas untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah
bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah
badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan
kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan
penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan
tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu
ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
30) Setelah
2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan
satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan
bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
III. Persalinan Kala III
33) Memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan
satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain
memegang tali pusat.
35) Saat
uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36) Melakukan
penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah
plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan
kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa
bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan
kedalam kantong plastik yang tersedia.
40) Evaluasi
kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan
bila ada robekan.
IV. Persalinan Kala IV
41)
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42)
Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
clorin 0,5 %.
43)
Pastikan kandung kemih kosong.
44)
Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45)
Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai
kontraksi.
46)
Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47)
Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan
baik (30-60 x/i).
48)
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin
0,5 % untuk dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di
dekontaminasi.
49)
Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang
sesuai.
50)
Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai
pakaian yang bersih.
51)
Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan
anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52)
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53)
Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik
kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
54)
Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu
keringkan dengan handuk bersih.
55)
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi.
56)
Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran
pada bayi, berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k
1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57)
Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B dip aha kanan anterolateral.
58)
Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam
secara terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
59)
Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu
keringkan dengan handuk bersih.
60)
Lengkapih partograf.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran
hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala
/ ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan
tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang
dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi
merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi
yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat
pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan
penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN
Revisi tahun 2010).
B. Saran
1.
Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan
pada ibu yang bersalin normal sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2. Diharapkan mahasiswi dapat
meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal:
Makassar
TUGAS MAKALAH PKK IV
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
OLEH
KELOMPOK II
KELAS C 11
RAHIMA NONE : 11.1301.164
ROMANA BEKA : 11.1301.166
ANTONIA GOIT : 11.1301.178
PROGRAM DIII KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah praktek klinik IV tentang “ASUHAN PERSALINAN
NORMAL”.
Adapun makalah ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul “ASUHAN
PERSALINAN NORMAL” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan
kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan
persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab
utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui
upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan
anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman
serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan
bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama
dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan
komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan
jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat
ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak
sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak
dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian
ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
Asuhan
persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta
untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat
makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan dapat membantu para ibu dalam
mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan
penulisan
1. Agar
mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.
2. Agar
mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan
prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia luar dari
rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses
membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong keluar melalui
jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran
janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih atau kalau
bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses
kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak memanjang, PBK,
disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam,
tanpa tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja
S,Persalinan Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah
persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan
dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan
Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal
adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan
lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam
kondisi baik.
Kelahiran bayi
merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi
yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat
pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan
penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN
Revisi tahun 2010).
B. Bentuk
– Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi
adalah sebagai berikut:
Ø Partus
biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung < 24 jam.
Ø Persalina
buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan
bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps
/ cunam, ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).
Ø Persalinan
anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah
pemecahan ketuban.
Ø Persalinan
lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum
diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku
berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi kehamilan, yaitu :
v Estrogen
·
Meningkatnya sensitipitas otot rahim
·
Memudahkan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
v Progesteron
·
Menurunnya sensitifitas otot rahim
·
Memudahkan rangsangan dari luar
seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
·
Menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan:
v Teori keregangan
·
otot rahim mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu.
·
Setelah melewati batas tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
·
Contohnya pada hamil ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.
v Teori penurunan progesteron
·
proses penurunan plasenta terjadi mulai
umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan.
·
Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
·
Akibatnya otot rahim mulai kontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
v Teori oksitosin internal
·
Perubahan keseimbangan produksi
estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot rahim sehingga
terjadi kontraksi Broxton hicks.
·
Menurunya konsentrasi progesteron
akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dapat dimulai.
v Teori prostaglandin
·
Konsentrasi prostaglandin meningkat
sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.
·
Pemberian prostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
·
Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
v Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
·
Teori ini menunjukkan pada kehamilan
dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak
terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
·
Pemberian kortikosteroid yang dapat
menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya persalinan. (Manuaba, 2005).
D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
(1) Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his
makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan,
sifatnya teratur, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin
beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his
persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa
pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas,
terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah pecah.
(3) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa
kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
(4) Perubahan Serviks
Pada
pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks,
pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).
E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu
yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut
(Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan
(Kepala masuk PAP)
Kepala masuk
melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata,
ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis
melintang, dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat
sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat
studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu
posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun
besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi
maksimal.
3. Putar paksi
dalam
Kepala yang
turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his
yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di
bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala
berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi,
muka dan akhirnya dagu.
5. Putar paksi
luar
Gerakan kembali
sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi
luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan
dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir
bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru
kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila
ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000
), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi
dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda,
yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai
perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi
pembukaan serviks.
G. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
ü Power (
Kekuatan )
Power
adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot
rahim.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi
diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi
adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya
kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan
tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling
kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama
makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak
dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim
mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan
yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim,
otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak
dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga
sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala II
dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut
dan diafragma. Meneran
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot
dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga
meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena
hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
ü Passanger
(Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai
ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak
passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus
ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
ü Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin
terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas
panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium
tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut
arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang
pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm,
ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm,
diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul
ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat
menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul
sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam
panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam
jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus
lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka
otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan
oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang
cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak
terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema
serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara
kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor
pada vagina.
ü Psyche
(Psikologis)
Faktor
psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan,
his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut
Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan
dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
ü Penolong
Memilih
Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau
tenaga kesehatan yang terlatih.
ü Posisi Saat
Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi
fowler.
H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan
IV
I. Persalinan Kala I
Persalinan
kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam
(rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam).
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Ø Fase laten
berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
Ø Fase aktif
dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan
menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10
cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada
multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm
tiap 2 jam.
II. Persalinan Kala II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Ø 1
– 2 jam pada primigravida
Ø ½
- 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:
v Ibu ingin meneran bersamaan dengan
kontraksi
v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada
rektrum/vaginal
v Perineum terlihat menonjol
v Vulva vagina dan sfinger ani membuka
v Peningkatan pengeluaran lendir &
darah
Kepemimpinan,
ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan
60 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan
tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
1) Mendengar
dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
2) Memastikan
kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid
disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3)
Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4)
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,
kemudian mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan
handuk bersih.
5)
Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6)
Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian
isap oksitosin dengan teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak
partus.
7)
Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
8)
Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9)
Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa
denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi
tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan
duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka
tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat
kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah
perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan
belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20) Memeriksa
kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu
hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke
arah atas untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah
bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah
badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan
kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan
penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan
tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu
ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
30) Setelah
2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan
satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan
bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
III. Persalinan Kala III
33) Memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan
satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain
memegang tali pusat.
35) Saat
uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36) Melakukan
penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
37) Setelah
plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan
kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa
bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan
kedalam kantong plastik yang tersedia.
40) Evaluasi
kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan
bila ada robekan.
IV. Persalinan Kala IV
41)
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42)
Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
clorin 0,5 %.
43)
Pastikan kandung kemih kosong.
44)
Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45)
Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai
kontraksi.
46)
Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47)
Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan
baik (30-60 x/i).
48)
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin
0,5 % untuk dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di
dekontaminasi.
49)
Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang
sesuai.
50)
Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai
pakaian yang bersih.
51)
Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan
anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52)
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53)
Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik
kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
54)
Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu
keringkan dengan handuk bersih.
55)
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi.
56)
Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran
pada bayi, berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k
1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57)
Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B dip aha kanan anterolateral.
58)
Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam
secara terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
59)
Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu
keringkan dengan handuk bersih.
60)
Lengkapih par
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran
hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala
/ ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan
tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang
dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi
merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi
yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat
pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan
penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN
Revisi tahun 2010).
B. Saran
1.
Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan
pada ibu yang bersalin normal sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2. Diharapkan mahasiswi dapat
meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal:
Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar